label

Jumat

Filsafat dan Ilmu Logika (Kesesatan Logika)

  • Kesesatan bahasa : Adalah kesesatan karena ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau dan menimbulkan kesesatan penalaran kalimat dan kesesatan dalam penggunaan bahasa. Beberapa contoh kesesatan bahasa yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari namun tanpa kita sadari bahwa kita juga sering terjebak dalam kesesatan itu, diantaranya :
a. Aksentuasi =  Kesesatan yang terjadi karena penekanan yang salah pada suku kata tertentu dalam sebuah kalimat.
Contoh : Penggunaan kata tahu (makanan) dan kata tahu (mengetahui sesuatu)
          Penggunaan kata serang (menyerang) dan kata serang (nama kota)
           Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting)

b. Ekuivokasi = Kesesatan karena satu kata yang memiliki lebih dari satu arti
Contoh : Penggunaan kata bisa (dapat)  dan kata bisa (racun ular)
               Teh (tumbuhan) dan teh (basa sunda – kata imbuhan)
               Buntut (ekor) dan buntut (anak kecil yang ikut ke manapun orang
                dewasa pergi)

c. Amfiboli = Kesesatan yang ditimbulkan karena konstruksi kalimat yang sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang.
Contoh : Kucing makan tikus mati
      Arti 1 : Kucing makan, lalu tikus mati
      Arti 2 : Kucing makan tikus lalu kucing mati
      Arti 3 : Kucing sedang memakan tikus yang sudah mati

d. Metaforis = Kesesatan yang ditimbulkan karena pencampur-adukan arti kiasan dan arti yang sebenarnya.
 Contoh : Pemuda adalah Tulang punggung negara
Penjelasan kesesatan : Pemuda disini adalah arti sebenarnya dari orang-orang yang berusia muda, sedangkan tulang punggung adalah arti kiasan karena negara tidak memiliki tubuh biologis dan tidak memiliki tulang punggung layaknya makhluk vertebrata.
  • Kesesatan Materi (kesesatan isi) : adalah kesesatan yang terutama menyangkut isi (materi) penalaran.
  • Kesesatan Relevansi : adalah sesat pikir yang terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang (lawan bicara) yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumen.
     Berikut adalah contoh-contoh kesesatan relevansi yang ada di sekitar kita. Dengan menggunakan referensi dari beberapa portal media, saya mencoba untuk menganalisa kesesatan-kesesatan yang mungkin ada didalam isi berita tersebut :


1) Argumentum ad hominem = Argumen yang diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen. Kekeliruan ini terjadi karena ukuran logika  dihubungkan dengan kondisi pribadi dan karakteristik seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran dan kekeliruan isi argumennya.




















Isi argumen dalam berita ini tidaklah relevan, karena tidak ada hubungannya menjadi presiden dengan tubuh yang kurus. Menjadi presiden adalah tentang pengetahuan dan kinerja dalam mengelola kepentingan negara dan banyak lagi hal yang sangat kompleks ketika berbicara tentang kepemimpinan suatu negara.


2) Argumentum ad baculum = Kesesatan karena orang yang mempunyai kekuasaan misalnya seorang hakim, pemimpin, guru, atau orang tua dan mengandung sebuah ancaman.


Di dalam berita ini berisi informasi tentang penyebaran hoax atau berita bohong tentang penculikan anak. Warga pandeglang diminta untuk tidak terpengaruh isu hoax penculikan anak karena mereka telah melarang anak-anaknya untuk bermain diluar pengawasan mereka dan akhirnya mereka memberikan asumsi bahwa jika anaknya bermain tidak dalam pengawasan akan diculik. Dan kasus hoax inipun mengakibatkan kesalahpahaman warga terhadap lelaki gangguan jiwa yang dianggap  mencurigakan dan akhirnya dipukuli massa.


3) Argumentum ad misericordiam = adalah kesesatan pikir yang sengaja diarahkan untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara atau seseorang dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan atau keinginan.




















      Mantan bupati bandung barat abubakar menjalani sidang pembelaan kasus tindak pidana korupsi. Dalam pembelaannya yang dibacakan oleh tim penasihat hukum, abubakar meminta keringanan hukuman yang dianggap terlalu berat karena ia tengah mengalami kanker darah. Pembelaan ini tidaklah relevan dan tidak valid apalagi masuk akal. Tidak ada hubungannya orang yang sedang sakit atau orang yang sehat dengan hukuman atas hal yang diperbuatnya. Hukuman dijatuhkan berdasarkan seberapa berat pelanggaran hukum yang telah dilakukan, jika pelanggarannya sangat berat dalam kasus ini tindak pidana korupsi tersangka harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku tidak ada keringanan atas kondisi kesehatannya.


4) Argumentum ad populum = Argumen yang menilai bahwa sesuatu pernyataan adalah benar karena diamini dan disetujui oleh banyak orang.




















Berdasarkan rakapitulasi resmi KPU yang menyatakan prabowo menang di 22 kabupaten/kota dan jokowi hanya di empat kabupaten/kota di pemilu tahun 2014 lalu. Wakil Ketua Gerindra Sufmi Dasco optimis di pemilu 2019 warga Jawa Barat bersama Prabowo lagi. Argumen ini tentunya tidak dapat dibenarkan bahwa 2014 prabowo menang di jawa barat dan akan menang lagi di 2019, waktu terus berjalan dan masyarakatpun ada yang berubah haluan karena telah merasakan bagaimana kepemimpinan presiden selama satu masa jabatannya. Dan 2014 masih ada 4 kabupaten/kota yang mendukung jokowi ini berarti tidak semua masyarakat jabar mendukung prabowo saat itu. 2019 bisa jadi lebih dari 4 kabupaten/kota yang berpindah haluan.


5) Argumentum ad verecumbiam = adalah sesat pikir dimana nilai penalaran ditentukan oleh keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakannya. Jadi suatu gagasan diterima sebagai gagasan yang benar hanya karena gagasan tersebut dikemukakan oleh seseorang yang sudah terkenal karena keahliannya.





















Puluhan caleg Partai Bulan Bintang menyatakan diri mendukung pasangan Prabowo-Sandi dalam pilpres 2019. Ketua Pas Lantang, Yahya menegaskan bahwa dukungan tersebut berdasarkan hasil ijtima Ulama GNPF. Apakah argumen ini dapat dibenarkan ketika kita memilih pemimpin bukan karena kapabilitasnya, bukan karena rekam jejaknya, bukan karena kepemimpinannya, melainkan hasil dari perkumpulan yang mengakui diri sebagai ulama?


6) Argumentum ad ignoratiam = adalah kesesatan yang terjadi dalam suatu pernyataan yang dinyatakan benar karena kesalahannya tidak terbukti salah, atau menyatakan sesuatu itu salah karena kebenarannya tidak terbukti.


Terjadi perdebatan sengit antara faldo  maldini dan adian dalam acara mata najwa on stage, tema pada segment saat itu adalah tentang isu sara. Najwa sang pembawa acara dan juga moderator debat pada saat itu membuka dengan kalimat bahwa masyarakat meminta komitmen kepada elit-elit politikus agar tidak menggunakan hoax dan isu sara sebagai senjata dalam berpolitik. Debat diawali dengan argumen faldo bahwa ia dan partainya serta tim media tidak pernah melakukan perjalanan hashtag dan menyebar isu sara lewat media, ia juga berkomitmen akan hal itu. Namun adian menanggapi argumen itu dengan membeberkan isu isu sara dan hoax yang pernah disampaikan oleh tim dari faldo, faldopun menolak keras tanggapan dari adian namun faldo tidak dapat memberikan bukti bahwa argumen dari adian adalah salah dan akhirnya ia hanya berteriak itu bukan kami. Argumen Adian pun dapat dibenarkan, meskipun memang benar. hahaha


KESESATAN-KESESATAN LAINNYA


a) Petitio principii = adalah kesesatan yang terjadi dalam kesimpulan atau pernyataan pembenaran dimana didalamnya premis digunakan sebagai kesimpulan dan sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Sehingga meskipun rumusan (teks/kalimat) yang digunakan berbeda, sebetulnya sama maknanya dan tidak menjelaskan apapun.




















“Mengkritik pemerintah karena pemerintah memang ditakdirkan untuk dikritik”  begitu jawaban dari seorang Rocky Gerung yang kerap memberikan kritik kepada pemerintahan ketika ditanya oleh Wahyu Mulyadi di acara ILC. Jawaban dari Rocky merupakan kesesatan Petitio principii jawabannya tidak jelas dan berpuat-putar seolah pemerintah memang harus selalu dikritik tanpa apresiasi.


b) Non causa pro causa : adalah kesesatan yang dilakukan karena penarikan penyimpulan sebab akibat dari apa yang terjadi sebelumnya adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berdasarkan dua peristiwa yang terjadi secara berurutan. Orang lalu berkesimpulan bahwa peristiwa pertama merupakan penyebab bagi peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah akibat dari peristiwa pertama, padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya menunjukan hubungan sebab akibat.




















“Gempa yang terjadi di Lombok dikaitkan dengan dukungan TGB ke kubu petahana Jokowi” anggapan itu berkembang ketika Lombok di guncang gempa. Sebelum gempa terjadi gubernur NTB Tuan Guru Bajang  atau TGB Muhammad Zainul Majdi. Maka muncullah tuduhan dari sebagian elemen masyarakat bahwa gempa itu merupakan azab dan teguran atas dukungan TGB. Hal ini sangatlah miris karena selain mengandung kesesatan Non Causa pro causa tuduhan ini juga merupakan cacat iman. “itu menunjukan kecacatan dalam keimanan karena semua takdir, baik buruk, itu ketetapan Allah. Jadi repot juga kalau mengukur bahwa suatu musibah itu tanda Allah marah.” Tutur TGB. 


c) Aksidensi : kesesatan penalaran yang dilakukan oleh seseorang bila ia memaksakan aturan-aturan/cara-cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksidental, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak.


Banyak orang yang berpendapat bahwa makan daging kambing menyebabkan hipertensi. Anggapan inipun berkembang di masyarakat dan menjadi larangan makan daging kambing bagi beberapa keluarga. Semua yang makan daging kambing akan meningkat tensi darahnya.

d) Generalisasi yang tergesa-gesa : kesesatan yang terjadi karena sebuah kesimpulan yang ditarik atas satu atau dua contoh kasus yang biasanya seperti itu, sebagian besar mengalami hal yang sama, lantas menyamaratakan semuanya.

Kasus penganiayaan yang melibatkan ibu tiri menjadikan kesan ibu tiri jahat menjadi berkembang luas di masyarakat. Tetapi faktanya tidak semua ibu tiri jahat.


e) Komposisi dan divisi : kesesatan karena komposisi dan divisi terjadi bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi individu atau beberapa  individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga benar (berlaku) bagi seluruh kelompok secara kolektif.





















Mayoritas publik tak percaya partai politik. Salah satu faktor penyebab publik tak percaya terhadap beberapa partai politik karena kasus korupsi yang dilakukan oleh kader dari partai tersebut. Masyarakat beranggapan jika ada kader dari partai A maka semua kader partai A akan melakukan korupsi.


f) Pertanyaan yang kompleks : kesesatan ini bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa sehingga sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana, namun sebetulnya bersifat kompleks. Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maksud dari kesesatan ini adalah karena pertanyaan yang diajukan sangat kompleks, bukan hanya pertanyaan yang memerlukan jawaban atau tidak.


Tentang polemik membangun infrastruktur tanpa utang ala Sandiaga menjadi perdebatan publik. Pertanyaan bisa atau tidak membangun tanpa berhutangpun muncul. Sekilas pertanyaan itu adalah pertanyaan sederhana tinggal jawab bisa atau tidak, namun sebenarnya itu adalah pertanyaan yang kompleks karena menimbulkan banyak pertanyaan baru seperti bagaimana caranya seperti apa contoh dan penerapannya. Jawabannya menjadi berputar-putar dan menjadikan penafsiran ganda.