label

Senin

Bahasa Indonesia (proposal skripsi)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL DAN POLA PIKIR RASIONAL ANAK PADA MASA DEWASA AWAL

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Buana Perjuangan Karawang
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi


 Oleh 
YUDHA ADRIANTO
NIM 18416273201019

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2018


PERSETUJUAN

      Telah disetujui oleh Pembimbing Untuk Memenuhi Syarat Menulis SkripsiPada Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Program Studi Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

      Pada hari         :
      Tanggal           :

      
      
          Pembimbing I,                                                                                      Pembimbing II,


          .............................                                                                           ..................................
                                           
Menyetujui,
Ketua Program Studi 






KATA PENGANTAR

      Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL DAN POLA PIKIR RASIONAL ANAK PADA MASA DEWASA AWAL”. Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 Program Studi Psikologi Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Buana Perjuangan Karawang.

      Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Bapak Tridays Repelita, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan tugas pembuatan proposal skripsi ini sehingga penulis sudah mempunyai gambaran tentang pembuatan dan penyusunan proposal skripsi untuk tugas akhir pembuatan skripsi.

      Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kesalahan penulisan karena keterbatasan penulis. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta dapat dikembangkan lagi secara lebih lanjut.

      Karawang, 15 Desember 2018 

                                                                                         Penulis 



DAFTAR ISI

PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
     1.1 Latar Belakang
     1.2 Identifikasi Masalah
     1.3 Rumusan Masalah
     1.4 Batasan Masalah
     1.5 Tujuan Penelitian
     1.6 Manfaat Penelitian
     1.7 Sistematika Penulisan
     1.8 Metodologi Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
     2.1 Pola Asuh
          a. pola asuh otoriter
          b. Pola asuh demokratis
          c. pola asuh permisif
      2.2 Teknologi
          a. Jenis dan contoh teknologi
          b. Perkembangan teknologi
          c. Sejarah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
          d. Perkembangan Teknologi di Indonesia
     2.3 Mental
     2.4 Pola Pikir Rasional
          a. Pola pikir
          b. Rasional
     2.5 Masa dewasa awal
          a. Ciri Perkembangan Dewasa Awal


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

    Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, seperti suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru sesuai tugas baru ini (Hurlock, 1996). 

   Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mentalnya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

       Pada masa dewasa awal atau pada akhir sekolah menengah atas dan akan masuk ke dalam dunia kampus dan ada juga yang langsung bekerja seorang individu pada umumnya sudah dapat bertindak dan membedakan antara baik dan benar, pola pikir dalam menanggapi dan merespon suatu peristiwa juga sudah berkembang. Individu pada masa ini mulai menyusun rencana untuk masa yang akan datang dan rencana dalam menghadapi dunia luar yang sebenarnya setelah mereka lepas dari pengawasan orang tua. Individu tersebut dituntut untuk mempunyai rasa tanggungjawab atas segala keputusan yang diambilnya.

      Akan tetapi tidak semua individu pada masa dewasa awal memiliki mental dan pola pikir rasional dalam kesehariannya. Tanggungjawab akan tindakan yang dilakukannya sendiri sangatlah sedikit dan cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia buat. Keputusan yang diambil berdasar pada ego dan keinginannya saja tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang mungkin dapat terjadi akibat dari keputusannya itu, hal ini jauh berbeda dari salah satu ciri masa dewasa awal tentang pertanggungjawaban.

      Seperti banyaknya kasus kasus kekerasan yang menimpa orang pada usia dewasa awal korban dan tersangkanya berkisar 18 sampai 20an tahun. Kasus tawuran antar kampung, antar desa, antar suporter bola, antar pendukung calon presiden bahkan antar agamapun pelakunya lebih banyak dari orang-orang pada masa dewasa awal.

    Fenomena ini bisa terjadi karena orang-orang ini tidak mendapat bimbingan yang baik dari keluarga dan lingkungannya pada masa sebelum dewasa awal yakni pada masa remaja. Berdasarkan pengamatan penulis yang mempunyai teman yang sudah meginjak usia dewasa awal namun mental dan pola pikir rasional tidak ikut berkembang bersamaan dengan bertambahnya usia bahwa dia tidak mendapatkan pola asuh yang baik dari keluarga dan lingkungannya. Suatu hari penulis bertanya kepada temannya itu ketika dia tidak masuk sekolah atau bolos sekolah selama tiga hari, emang orang tua lu ngga ngomel lu bolos gtu? Jawabannya sangat mengejutkan. Emang ada yang berani ngomelin gua? Dapat penulis simpulkan bahwa teman yang membolos itu tidak mendapat pola asuh yang baik dari keluarga dan lingkungannya atau orangtuanya sudah bosan dengan kelakuan anaknya sendiri.

   Akan tetapi disisi lain ada orang yang mendapat pola asuh yang baik dari keluarga dan lingkungannya namun mental dan pola pikir rasionalnya sama dengan orang yang tidak mendapatkan pola asuh yang baik. Hal ini mengartikan bahwa tidak selamanya orang dengan pola asuh yang baik akan menjadi individu yang baik pula dan tidak semua orang dengan mental dan pola pikir rasional yang lemah akibat dari tidak mendapatkan pola asuh yang baik dan bahkan ada orang tanpa pola asuh tetapi mental dan pola pikir rasionalnya jauh lebih berkembang, ternyata ada faktor lain yang mendasari fenomena itu.

       Penulis berkesimpulan sementara bahwa selain dari pola asuh orang tua dan lingkungan sebelum anak memasuki masa dewasa awal yang mempengaruhi mental dan pola pikir rasional seseorang adalah teknologi dan perkembangan zaman. Orang dengan mudahnya mendapat akses informasi tentang apapun dan dari manapun dengan hanya menggenggam sebuah alat berbentuk kotak yang disebut dengan smartphone atau telepon pintar yang dahulu namanya adalah HP atau handphone yang artinya telepon genggam. Beda nama beda arti dan beda fungsi, fungsi HP adalah untuk bertukar kabar dengan melalui SMS atau telepon itu memudahkan masyarakat untuk bersilaturahmi dengan kerabat yang jauh sedangkan fungsi smartphone lebih luas lagi mulai dari sosial media hingga akses informasi dari seluruh dunia dapat dengan mudahnya diakses sambil berbaring di kasur atau nongkrong di kamar mandi, informasinya pun beragam positif negatif semipositif seminegatif hingga yang paling ekstrim. 

   Salah satu teknologi inilah yang menjadi faktor lain dalam perkembangan mental dan pola pikir rasional seseorang karena anak-anak zaman sekarang lebih banyak menggenggam smartphone daripada menggenggam nasihat orang tua mata mereka lebih sering menatap layar yang sebenarnya merusak penglihatan daripada menatap ke bawah ketika dimarahi orang tua, mungkin masih ada anak yang menunduk ketika dimarahi tetapi dia menunduk karena dibawah ada layar yang menyala. Selain smartphone teknologi lain yang mempengaruhi kondisi mental dan pola pikir seseorang pada masa dewasa awal sangat beragam seperti sinetron, variety show buka aib, film, sosial media, trend kekinian dan gaya hidup yang berlebihan.

   Penjelasan di atas mempunyai maksud bahwa perkembangan mental dan pola pikir rasional khususnya pada masa usia dewasa awal tidak tergantung hanya dari pola asuh orang tua saja, namun teknologi dan perkembangan zamanpun menjadi salah satu faktor yang bertanggungjawab atas perkembangan mental dan pola pikir rasional seseorang. Perlunya kombinasi yang seimbang dari 2 faktor ini yakni pola asuh yang baik dan penggunaan teknologi yang positif agar mental dan pola pikir rasional dapat berkembang dengan baik pula pada masa dewasa awal sampai dengan akhir masa dewasa awal sekitar usia 40 tahun.

   Agar kita dapat menyeimbangkan 2 faktor itu maka kita harus mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor tersebut, mana yang harus didahulukan dan seberapa dominan faktor tersebut untuk orang-orang tertentu. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu itu unik ada diperlukannya treatment yang berbeda untuk masing-masing  orang dalam setiap pembentukan karakternya. Maka melalui penelitian ini penulis mencoba mengidentifikasi 2 faktor dalam perkembangan mental dan pola pikir rasional anak pada masa dewasa awal dengan beberapa sample sebagai acuan penelitian agar kita dapat menentukan bagaimana pola asuh yang benar-benar baik dan bagaimana penggunaan teknologi tidak menjadi boomerang dalam perkembangan mental dan pola pikir rasional seseorang.

   
1.2 Identifikasi Masalah

   Dari pemaparan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain :
  1. Pola asuh yang buruk mengakibatkan perkembangan mental dan pola pikir rasional seseorang pada masa dewasa awal menjadi buruk.
  2. Pola asuh yang baik tetapi perkembangan mental dan pola pikir rasional anak pada masa dewasa awal masih kurang maksimal.
  3. Anak yang tidak mendapat pola asuh dari orang tua biologisnya tetap dapat berkembang secara mental dan pola pikir rasional.
  4. Pengaruh teknologi dan perkembangan zaman terhadap perkembangan mental dan pola pikir rasional seseorang pada masa dewasa awal.


1.3 Rumusan Masalah

   Tentang dampak pola asuh dan teknologi yang mempengaruhi mental dan pola pikir rasional pada masa dewasa awal yang telah dijelaskan di latar belakang dan identifikasi masalah. Ada beberapa rumusan masalah yang dapat diambil, antara lain :
  1. Mengapa pola asuh yang buruk dapat berdampak pada perkembangan mental dan pola pikir rasional pada masa dewasa awal menjadi buruk?
  2. Mengapa meski seseorang sudah mendapat pola asuh yang baik tetapi perkembangan mental dan pola pikir rasionalnya masih buruk?
  3. Bagaimana seseorang yang tidak mendapat pola asuh dari orang tua biologisnya tetapi mental dan pola pikir rasionalnya masih dapat berkembang dengan baik?
  4. Bagaimana teknologi dan perkembangan zaman menjadi salah satu faktor perkembangan mental dan pola pikir seseorang pada masa dewasa awal?


1.4 Batasan Masalah

   Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih fokus dan mendalam maka diperlukannya pembatasan dari beberapa masalah yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Karena keterbatasan waktu tempat serta keterbatasan penulis terpilihlah dua point utama sebagai titik fokus penelitian, yaitu :
  1. Pola asuh yang sudah baik tetapi masih berdampak buruk bagi perkembangan mental dan pola pikir rasional pada masa dewasa awal
  2. Pengaruh teknologi dan perkembangan zaman yang menjadi faktor tambahan perkembangan mental dan pola pikir rasional pada masa dewasa awal.


1.5 Tujuan Penelitian

   Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas dapat dituliskan beberapa tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah :
  1. Ingin menganalisa mengapa pola asuh yang buruk berdampak buruk pula pada perkembangan mental dan pola pikir rasional anak pada masa dewasa awal.
  2. Ingin mengetahui sebab dari perkembangan dan pola pikir anak pada masa dewasa awal meski sudah mendapat pola asuh yang baik.
  3. Ingin mengetahui bagaimana seorang anak yang tidak mendapat pola asuh dari orang tua biologisnya namun perkembangan mental dan pola pikir rasionalnya tetap bak.
  4. Ingin mendalami mengenai teknologi dan perkembangan zaman sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan mental dan pola pikir rasional.


1.6 Manfaat Penelitian

   Ada beberapa manfaat dari penelitian ini jika berhasil terlaksana. Penulis dapat menjabarkan manfaat-manfaat tersebut, diantaranya :
  1. Bagi orang tua, melalui penelitian ini diharapkan para orang tua dapat memahami betapa pentingnya pola asuh yang baik bagi perkembangan mental dan pola pikir rasional pada anaknya, terutama ketika anak mulai memasuki masa dewasa awal.
  2. Bagi anak pada masa dewasa awal, pola asuh bukanlah faktor tunggal yang mempengaruhi mental dan pola pikir rasional akan tetapi ada faktor lain yaitu teknologi dan perkembangan zaman. Diharapkan anak yang tidak mendapat pola asuh yang baik dapat menjadikan teknologi dan perkembangan zaman sebagai faktor positif dalam perkembangan mental dan pola pikir rasional pada dirinya.
  3. Bagi peneliti, peneliti mampu menjelaskan seberapa besar pengaruh pola asuh dan teknologi terhadap perkembangan mental dan pola pikir rasional anak pada masa dewasa awal menyikapi bahwa setiap individu itu unik dan berbeda. 

      Itulah beberapa manfaat penelitian yang dapat dijabarkan. Namun, seiring berjalannya penelitian ini manfaatnya mungkin dapat bertambah lagi karena terasa begitu dekat dengan proses penelitian.
   

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
   1.1 Latar Belakang
   1.2 Identifikasi Masalah
   1.3 Rumusan Masalah
   1.4 Batasan Masalah
   1.5 Tujuan Masalah
   1.6 Manfaat Penelitian
   1.7 Sistematika Penulisan
   1.8 Metodologi Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
   2.1 Pola Asuh
       a. Pola asuh otoriter
       b. Pola asuh demokratis
       c. Pola asuh permisif
   2.2 Teknologi
       a. Jenis dan contoh teknologi
       b. Perkembangan teknologi
       c. Sejarah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
       d. Perkembangan Teknologi di Indonesia
   2.3 Mental 
   2.4 Pola pikir rasional
       a. Pola pikir
       b. Rasional
   2.5 Masa dewasa awal
       a. Ciri perkembangan dewasa awal


1.8 Metodologi Penelitian

Dengan bertolak dari topik yang saya angkat pada penelitian ini, metode penelitian yang saya gunakan adalah metode penelitian survei dan wawancara untuk hasil yang optimal. Adapun teknik penelitian yang saya gunakan adalah teknik daftar kuesioner (daftar pertanyaan) dengan cara menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden yang menjadi objek penelitian.


BAB II KAJIAN TEORI


2.1  Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Anton Moeliono, tt), bahwa kata pola memiliki arti sebagai berikut;
  1. Sistem; cara kerja
  2. Bentuk (struktur) yang tetap

sedangkan kata asuh memiliki arti sebagai berikut :
  1. Menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil.
  2. Membimbing (membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri.

       Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja atau bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil supaya dapat berdiri sendiri. Tarsis Tarmudji (2005 : 1) mengungkapkan bahwa pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

     Menurut Slavin (dalam Hidayat, 2003) mengungkapkan bahwa pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang digunakan orangtua untuk berhubungan dengan anak-anak. Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya

     Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan, pembinaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain (http://www.waspada.com/). Dalam hal ini adalah pola asuh yang diberikan orangtua/pendidik terhadap anak adalah mengasuh dan mendidiknya penuh pengertian. Dan yang mempengaruhi pola asuh yang diberikan orangtua/pendidik adalah lingkungan sosial internal dan eksternal.

        Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orangtuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (Bonner 1953: 207). Faktor lingkungan sosial memiliki sumbangannya terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak) ialah keluarga khususnya orangtua terutama pada masa awal (kanak-kanak) sampai masa remaja. Dalam mengasuh anaknya orangtua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anaknya. Salah satu perilaku yang muncul dapat berupa perilaku agresif.

        Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

      Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak dipengaruhi oleh peranan orangtua tersebut. Peranan orangtua itu memberikan lingkungan yang memungkinkan anak dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

      Melly Budiman (1986: 6) mengatakan bahwa keluarga yang dilandasi kasih sayang sangat penting bagi anak supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut tidak ada, maka seringkali anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari anak. Sebenarnya, setiap orang tua itu menyayangi anaknya, akan tetapi manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda dalam penerapannya; perbedaan itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan.

      Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah pola asuh yang diterapkan orangtua. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961: 76) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak.

       Orangtua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orangtua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Pola asuhan itu menurut Stewart dan Koch (1983: 178) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orangtua yaitu: (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3) pola asuh permisif.


a. pola asuh otoriter

      Menurut Edwards (2006), pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.

      Orang tua cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya bersamaan dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalau tidak mau menuruti apa yang diperintahkan orang tua atau melanggar peraturan yang dibuat orang tua maka tidak akan diberi uang saku. Orang tua cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anaknya. Orang tua ini juga tidak mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh otoriter

     Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek (Marfuah,2010).

Dampak pola asuh otoriter

      Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), kemampuan komunikasinya buruk, kurang berkembangnya rasa sosial, tidak timbul kreatif dan keberaniannya untuk mengambil keputusan atau berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan menarik diri. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang otoriter akan menghambat kepribadian dan kedewasaannya (Marfuah,2010).

Upaya dalam menyikapi pola asuh otoriter
Menurut Edwards (2006), Seharusnya orang tua mengajari anak-anak mereka dengan empat cara:
  1. Memberi contoh. Cara utama untuk mengajari remaja adalah melalui contoh. Remaja sering kali mudah menyerap apa yang kita lakukan dibanding dengan apa yang kita katakan. Jika kita mengatakan untuk berbicara dengan sopan kepada orang lain, tetapi kita masih berbicara kasar kepada mereka, kita telah menyangkal diri kita sendiri. Perbuatan lebih berpengaruh dibandingkan dengan kata-kata. 
  2. Respon positif. Cara kedua untuk mengajari remaja adalah melalui respon positif mengenai sikap mereka. Jika kita mengatakan kepada remaja betapa orang tua menghargai mereka karena telah mengikuti nasehat orang tua, mereka akan mengulangi sikap tersebut. 
  3. Tidak ada respons. Orang tua juga mengajari remaja dengan cara mengabaikan sikap. Sikap-sikap yang tidak direspon pada akhirnya cenderung tidak diulangi. Dengan kata lain, mengabaikan perilaku tertentu bisa jadi mengulangi perilaku tersebut, khususnya jika perilaku-perilaku tersebut bersifat mengganggu. 
  4. Hukuman. Menggunakan hukuman yang relative ringan secara konsisten, seperti menghilangkan hak istimewa atau melarang kegiatan yang sedang dilakukan, bisa jadi cukup efektif dalam menghadapi sikap yang sulit dikendalikan. Namun bahkan hukuman ringan tidak boleh mengalahkan penggunaan pendekatan pengajaran yang lebih positif.


b. Pola asuh demokratis

      Pola asuh demokratis atau pola asuh autoritatif adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak, dan kewajiban, orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. Pola asuh demokratis mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orangtua bersikap hangat dan bersikap membesarkan hati remaja (Sim, 2000).

      Pengasuhan asuh demokratis (autoritatif) berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang kompeten. Menurut Shochib (dalam Yuniarti, 2003) orangtua yang menerapkan pola asuh authoritative banyak memberikan kesempatan pada anak untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin.

    Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orangtua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orangtua. Dalam pola asuh seperti ini orangtua memberikan sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya, anak diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara, dan bila berpendapat orangtua memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri(Kuczynski & Lollis, 2002).
Menurut Yusniah (2008) ciri – ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan – alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak. 
  2. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar ditinggalkan. 
  3. Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian. 
  4. Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga. 
  5. Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak serta sesama keluarga.

      Menurut Park & Locke (dalam Lestari, 2006) teori sistem keluarga menjelaskan bahwa penting didalam sosialisasi seorang anak tidak hanya eratnya hubungan keluarga, tetapi keseluruhan kombinasi dari tingkah laku tersebut. Orangtua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu fungsinya mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anak, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya.


c. pola asuh permisif

    Menurut Baumrin pola asuh keluarga permisif (permissive) tidak memberikan struktur dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Pola asuh permissive merupakan bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua.

       Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

      Pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, dan melindungi secara berlebihan serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

      Pola asuh permissive memuat hubungan antara anak dan orangtua penuh dengan kasih sayang, tetapi membuat anak menjadi agresife dan suka menurutkan kata hatinya. Secara lebih luas, kelemahan orangtua dan tidak konsistennya disiplin yang diterapkan membuat anak-anak tidak terkendali, tidak patuh, dan tingkah laku agresif diluar lingkungan keluarga.

  Menurut Baumrind peran keterlibatan keluarga penting sekali dalam pengembangan baik kemampuan peran secara sosial maupun kognitif pada anak.Menurut Hetherington clingempeel (dalam, lestari 2006) Pola asuh permissive cenderung menjadikan anak tidak mampu bersosialisasi, tidak bertanggung jawab, tidak dewasa, terasing dari keluarga mereka, dan menunjukkan gangguan dalam perkembangan kognitif, prestasi, dan keunggulan di sekolah.

    Pola asuh ini membuat remaja menghabiskan waktu diluar rumah dengan teman. Orangtua permissive adalah orangtua yang kaku dan berfokus pada kebutuhan mereka sendiri. Terutama pada saat anak menjadi lebih dewasa, orangtua gagal mengawasi mereka, apa yang sedang mereka lakukan atau siapa teman-teman mereka.

Baumrind menggambarkan 2 jenis keluarga yang permessive antara lain:
  1. Keluarga permisif lunak (memanjakan)
      Pola asuh permisif memanjakan (permissive-indulgent parenting) adalah suatu pola dimana orangtua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Pengasuhan permisif memanjakan berkaitan dengan ketidak cakapan sosial remaja, terutama kurangnya pengendalian diri. Orangtua permisif lunak bisa hangat, bersifat ngemong, dan responsif, tetapi mereka menggunakan sedikit sekali struktur dan bimbingan. Karena orangtua dengan tipe ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis, mereka sedikit sekali tuntutan kepada anak-anak mereka untuk menjadi matang dan bersikap mandiri.

      Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua tipe ini biasanya menjadi anak-anak yang ”manja”. Mereka cenderung tidak cocok dengan orang dewasa lainnya, mereka sangat menuntut, kurang percaya diri, dan kurang bisa mengendalikan diri. Mereka tidak menetapkan tujuan atau menikmati kegiatan yang mengandung tanggung jawab. Mereka bisa menjadi senang dan bersikap baik selama segala sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan mereka, tetapi mudah frustasi jika keinginan mereka tidak terpenuhi.

      2. Keluarga yang lepas tangan (tidak peduli)

      Gaya pengasuhan permisif tidak peduli (permissive-indifferet parenting) adalah suatu pola dimana keluarga sangat tidak ikut campur . dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap, terutama kurangnya pengendalian diri. keluarga semacam ini gagal memberikan bimbingan dan dukungan emosional yang cukup bagi anak-anak mereka. keluarga yang tidak peduli bisa saja memulai dengan mencintai dan tegas, tetapi dalam perjalanannya mereka menjadi kewalahan menghadapi seringnya respons negatif dari anggota keluarga yang lain. Mereka mencoba menghindari konflik dengan bertahap menarik diri dari kehidupan emosional anak mereka.

      Seakan-akan orangtua yang lepas tangan mengatakan kepada diri mereka sendiri, ”apapun yang kulakukan, semuanya tidak berhasil. Jika aku baik kepada anak ini, juga tidak akan berhasil. Jika aku coba untuk memaksa anak ini untuk mengerjakan apa yang aku inginkan, anakmu menolak dan semua menjadi lebih buruk lagi”.


2.2 Teknologi

    Teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan untuk menciptakan alat, tindakan pengolahan dan ekstraksi benda. Istilah "teknologi" telah dikenal secara luas dan setiap orang memiliki cara mereka sendiri memahami pengertian teknologi. Teknologi digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan kita sehari-hari, secara singkat; kita bisa menggambarkan teknologi sebagai produk, proses, atau organisasi. Selain itu, teknologi digunakan untuk memperluas kemampuan kita, dan yang membuat orang-orang sebagai bagian paling penting dari setiap sistem teknologi.

       Teknologi juga merupakan aplikasi dari sains untuk memecahkan masalah. Tapi apa yang harus kita ketahui adalah bahwa teknologi dan sains adalah subyek yang berbeda yang bekerja dari tangan-ke-tangan untuk menyelesaikan tugas tertentu atau memecahkan suatu masalah tertentu.

Penerapan teknologi 

    Teknologi diterapkan dalam hampir segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup kita, kita menggunakan teknologi di tempat kerja; kita menggunakannya untuk bahan ekstrak; kami menggunakan teknologi untuk komunikasi, transportasi, belajar, manufaktur; menciptakan alat; mengamankan data, skala bisnis, dan banyak lagi. Teknologi adalah pengetahuan manusia yang melibatkan alat-alat, bahan, dan sistem. Penerapan teknologi menghasilkan alat atau produk. Jika teknologi ini diterapkan degan baik, dapat bermanfaat bagi manusia; tetapi jika salah diterapkan, dapat menyebabkan kerusakan pada manusia.

Penggunaan teknologi 

   Banyak bisnis menggunakan teknologi untuk tetap kompetitif, mereka menciptakan produk dan layanan baru menggunakan teknologi, dan mereka juga menggunakan teknologi untuk memberikan produk-produk dan layanan kepada pelanggan mereka secara tepat waktu. Sebuah contoh yang baik adalah perusahaan ponsel seperti Apple dan Samsung , dua perusahaan elektronik ini, menggunakan teknologi kelas atas untuk membuat smartphone baru dan perangkat elektronik lainnya untuk tetap kompetitif. Keunggulan kompetitif ini diperoleh melalui menggunakan teknologi yang canggih.
   
Kemajuan teknologi 

   Teknologi itu dinamis; teknologi terus dimajukan karena kebutuhan kita dan tuntutan untuk teknologi terus meningkat. Kita telah pindah dari era industri (revolusi industri) ke era informasi. Selama era industri, perusahaan dengan modal besar memiliki potensi menggunakan alat-alat teknologi yang mahal untuk mendapatkan keunggulan kompetitif; usaha kecil kurang memiliki potensi karena mereka tidak mampu dalam manufaktur atau pengolahan alat teknologi mahal. Tapi, kemajuan teknologi telah menciptakan lingkungan ekonomi baru yang tergantung pada informasi dan itulah yang kita sebut sebagai "Information Age", era informasi yang menyediakan lingkungan kerja yang berbeda dan ini telah membantu usaha kecil mendapatkan posisi di pasar yang sangat kompetitif.


a. Jenis dan contoh teknologi

   Kita menggunakan teknologi untuk menyelesaikan berbagai tugas, sehingga teknologi muncul dalam berbagai jenis, di bawah ini beberapa jenis teknologi yang kita gunakan setiap hari.

  • Teknologi komunikasi
      Ini adalah sistem yang menggunakan sarana teknis untuk mengirimkan informasi atau data dari satu tempat ke tempat lain, atau dari satu orang ke orang lain. Komunikasi digunakan untuk berbagai tujuan; digunakan untuk menyampaikan ide, pertukaran informasi, dan mengekspresikan emosi. Manusia menggunakan alat teknologi komunikasi seperti telepon, komputer, email, fax, atau alat pesan teks untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarga; kemudian bisnis untuk memfasilitasi aliran informasi di tempat kerja, untuk membantu dalam pengambilan keputusan, untuk melayani kebutuhan pelanggan dan permintaan, untuk mempromosikan produk atau jasa baru kepada konsumen yang ditargetkan, dan banyak lagi.

   
  •    Teknologi konstruksi
        Ini adalah studi tentang metode canggih dan peralatan yang dapat digunakan untuk membangun struktur. Konstruksi membangun dua jenis struktur. Ini termasuk bangunan dan struktur teknik berat. Konstruksi menggunakan berbagai tindakan teknologi untuk mendirikan struktur di tempat manapun. Penggunaan alat-alat teknologi konstruksi seperti traktor berat untuk mempersiapkan tanah, perangkat lunak desain komputer untuk membuat desain struktur pada komputer dalam format 3D; dengan menggunakan berbagai teknologi konstruksi untuk melampirkan struktur dan menginstal utilitas telah membantu dalam memajukan kedua bangunan tempat tinggal dan bangunan komersial masa kini.

  • Teknologi medis
     Ini adalah jenis teknologi yang digunakan untuk memperluas dan meningkatkan kehidupan manusia. Teknologi medis mengurangi rasa sakit dan cedera pasien. Negara-negara maju telah mendapatkan manfaat dari penggunaan teknologi medis dalam sistem perawatan kesehatan mereka, dan ini menjelaskan alasan mengapa orang-orang di negara maju lebih sehat dari orang-orang di negara berkembang. Teknologi medis digunakan untuk mendiagnosa infeksi, mengobati penyakit, dan untuk membuat penelitian tentang penyakit yang mempengaruhi manusia.

  • Teknologi informasi
   Teknologi informasi adalah seperangkat alat perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpan informasi. Alat teknologi informasi membantu dalam memberikan orang-orang informasi yang tepat pada waktu yang tepat. Pekerja dalam organisasi menggunakan teknologi informasi untuk menyelesaikan berbagai tugas dan ini dapat mencakup; mentransfer informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi, meningkatkan layanan pelanggan, dan banyak lagi. Dalam era informasi ini, sangat penting untuk mengelola sistem informasi untuk memastikan akurasi dan efisiensi. Sistem informasi manajemen (MIS) melibatkan perencanaan, pengembangan, manajemen, dan penggunaan alat-alat teknologi informasi untuk membantu pekerja dan orang-orang dalam melakukan semua tugas yang berhubungan dengan pengolahan informasi dan manajemen. Lembaga keuangan besar seperti Bank menggunakan teknologi informasi untuk mengoperasikan seluruh usaha mereka serta melayani pelanggan mereka.

  • Teknologi bisnis
       Ini adalah jenis teknologi yang terdiri dari berbagai alat perangkat keras dan aplikasi perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan bisnis dan meningkatkan berbagai operasi bisnis. Banyak bisnis menggunakan teknologi untuk skala dan tumbuh besar. Usaha kecil telah menggunakan teknologi untuk menciptakan cara-cara baru untuk bersaing dengan perusahaan mapan. Untuk beberapa hal, beberapa teknologi bisnis dapat membuat perusahaan kecil terlihat seperti sebuah perusahaan besar dan ini dapat membantu posisi memperoleh keuntungan usaha kecil di pasar yang kompetitif.


b. Perkembangan teknologi

      Di era globalisasi ini, teknologi berkembang lagi menjadi hal yang baru untuk dibicarakan. Sebab, teknologi terus mengalami kemajuan setiap tahunnya. Berbagai macam teknologi yang ada saat ini merupakan pengembangan dari teknologi yang sudah ada sebelumnya. Misalkan saja komputer . Komputer sudah ada yang pertama merevisi Perang Dunia Kedua .

      Dahulu, komputer pertama diciptakan dengan bentuk fisik yang besar hingga mencapai satu ruangan. Selain itu, ada beberapa kekurangan dari komputer pertama, yaitu membutuhkan daya listrik yang besar dan hanya mampu melakukan tugas tertentu. Namun kini, komputer sudah semakin canggih dengan bentuknya yang kecil dan hemat daya.

      Gerakan teknologi terjadi sangat cepat dan mendunia. Tanpa terkecuali di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari perkembangan itu menjadikan masyarakat Indonesia menjadi lebih modern. Namun, sudah ada perkembangan teknologi yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, kali ini akan dibahas dengan detail teknologi yang juga dirasakan di Indonesia. Langsung saja ke pembahasan dulu tentang sejarah teknologi yang terjadi di dunia.


c. Sejarah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

      Memperkuat teknologi selalu berurusan dengan dua dimensi utama dalam kehidupan manusia, yaitu informasi dan komunikasi. Kedua bidang ini terus mengalami kemajuan dengan menggunakan teknologi. Bahkan, kedua bidang ini juga yang melahirkan berbagai jenis teknologi baru. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan diperlihatkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
  1. Masa Prasejarah (Hingga 3000SM)

      Pada masa prasejarah, manusia belum mengenal istilah teknologi. Seluruh aktivitas yang mereka lakukan akan dituangkan ke dalam bentuk gambar yang digambar di dinding-dinding gua tempat mereka tinggal.
Awalnya, untuk melakukan komunikasi dengan sesama, mereka menggunakan bahasa isyarat. Selanjutnya, mereka membuat alat seperti yang dapat digunakan dari informasi dan menggunakan simbol-simbol seperti huruf sebagai huruf. Dari zaman inilah, teknologi terus dikembangkan dengan tidak menghilangkan nilai dari alat sebelumnya.

       2. Masa Sejarah (3000SM - 1400M)

        Beberapa kemajuan teknologi yang sedang berkembang di masa sejarah, seperti:
Bangsa Mesir kuno menggunakan huruf hieroglif yang berupa simbol-simbol untuk mewakili setiap tahun di 2900SM.
Pembentukan media kertas pertama dengan menggunakan tumbuhan papirus pada tahun 500SM.
Bangsa Cina berhasil menemukan kertas seperti yang kita gunakan saat ini di tahun 500SM.

        3. Masa Modern (1400M- Sekarang)

1455: Jonathan Gutenberg menggunakan mesin cetak untuk mencetak plat huruf.
1830: Program penulisan komputer pertama kali oleh Augusta Lady Byron bersama Charles Babbage. menggunakan mesin analitik untuk mengolah data dan pembuatan dalam bentuk kartu.
1837: Dikembangkannya telegraf oleh Samuel Morse bersama Sir William Cook dan Sir Charles Wheatstone yang berupa kode Morse. Kode itu dikirim melalui kabel yang menghubungkan kedua lokasi dan proses dalam waktu yang bersamaan.
1861: Pembentukan film cikal bakal seperti sekarang ini, dimana gambar yang dibuat bergerak yang diproyeksikan menggunakan sebuah layar besar.
1876: Pengembangan berkelanjutan bilangan desimal oleh Melvyl Dewey .
1877: Perangkat pengembangan telepon oleh Alexander Graham Bell dan Eadweard Muybridge  yang visi fotografi dengan kecepatan tinggi.
1899: Adanya media penyimpanan menggunakan pita magnetis yang masih bersifat analog.
1923: TV Tabung pertama diciptakan oleh Zvorkyn .
1939: Dr. John V. Atanasoff bersama Clifford Berry berhasil menciptakan komputer elektronik digital pertama ..
1940: Mengembangkan teknologi dalam bidang informasi yang dipergunakan untuk pengiriman atau surat elektronik saat Perang Dunia Kedua terjadi.
1945: Diciptakannya sistem pengkodean menggunakan hypertext oleh Vannevar Bush . Hypertext ini adalah sebagai situs web cikal bakal pembuatan .
1946: Teknologi komputer ENIAC I pertama kali dikembangkan untuk lembaga tertentu.
1948: Para peneliti mengembangkan transistor.
1957: Pengembangan transistor planar oleh Jean Hoerni .
1972: Ray Tomlinson membuat program email untuk dapat berkomunikasi jarak jauh.
1973-1990: Pada tahun inilah internet diperkenalkan dengan protokol jaringan yang disebut dengan TCP / IP yang dikembangkan oleh DARPA. Kemudian pada tahun 1986 IETF mengembangkan sebuah server yang digunakan sebagai DDN, ARPANET dan Internet Gateway.
1991 - Sekarang: Salah tahun 1991 teknologi mulai diterapkan dalam dunia bisnis. Istilah WWW ( World Wide Web ) slide oleh CERN pada 1992.


d. Perkembangan Teknologi di Indonesia

       Pada umumnya, teknologi berkembang secara bertahap. Sebab, keseluruhan infrastruktur adalah faktor yang memicu teknologi tersebut. Dibawah ini akan digunakan teknologi perkembangan di Indonesia yang terbagi menjadi beberapa tahap:
  1. Perkembangan Televisi

Pada 24 Agustus 1962, televisi pemerintah, yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia). Hal inilah yang menyebabkan orang lain tahu bahwa kita kenal sekarang.

       2. Perkembangan Satelit

Untuk membangun sistem komunikasi yang lebih modern, Indonesia meluncurkan satelit yang bernama PALAPA A1 pada 1975. Selanjutnya, barulah bermunculan jenis-jenis satelit yang lain, seperti PALAPA A2, PALAPA B1, PALAPA B2 dan sebagainya.


       3. Perkembangan Komputer dan Internet

Indonesia sendiri baru mengenal internet di tahun 1970-an. Hal itu di beberapa organisasi akademis perguruan tinggi. Kemudian, pada tahun 1993 barulah Indonesia resmi terhubung dengan jaringan internet dengan menggunakan protokol TCP / IP dan domain "id" untuk simbol Negara.


2.3 Mental

    Secara etimologi kata “mental” berasal dari bahasa Yunani, yang mempunyai pengertian sama dengan pengertian psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind” maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri. Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani (badan). 

    Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens ataumetis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental. 

    Sedangkan secara terminologi para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi ada perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung, mendefinisikan mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi pada kondisi mental. 

    Pengertian lain “mental” didefinisikan yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, serakah, sok, tidak dapat mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil, antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat. 

    Dari sini dapat ditarik pengertian yang lebih signifikan bahwa mental itu terkait dengan, akal (pikiran/rasio), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral) serta tingkah laku). Satu kesatuan inilah yang membentuk mentalitas atau kepribadian (citra diri). Citra diri baik dan jelek tergantung pada mentalitas yang dibuatnya

    Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai hilangnya gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya. Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami berbagai gangguan-gangguan kejiwaan, yang berpengaruh pada kondisi kepribadian yang bisa mendorong pada perilaku-perilaku pathologies. 

    Kondisi mental tersebut bisa digolongkan dalam dua bentuk yaitu kondisi mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan melahirkan pribadi-pribadi yang normal. Pribadi yang normal ialah bentuk tingkah laku individu yang tidak menyimpang dari tingkah laku pada umumnya dimana seorang individu itu tinggal, dan pribadi yang normal akan menunjukkan tingkah laku yang serasi dan tepat (adekuat) dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum, dimana sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup lingkungannya. Secara sederhana individu tersebut mampu beradaptasi secara wajar. 

    Jadi pribadi yang normal dan metal yang sehat ini bisa dirasakan pada kondisi diri kita atau kondisi perasaan kita yang cenderung stabil, tidak banyak memendam konflik internal, suasana hati yang tenang, dan kondisi jasmani yang selalu merasa selalu sehat.  

    Sementara itu yang perlu mendapatkan perhatian dan perlu diwaspadai oleh setiap individu ialah kondisi mental yang tidak sehat, karena kondisi mental yang tidak sehat itu akan membentuk suatu kepribadian yang tidak sehat pula (abnormal).   

    Pribadi yang tidak sehat (abnormal) ialah adanya tingkah laku seseorang atau individu yang sangat mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum yang ada di lingkungannya, atau disebut juga dengan perilaku-perilaku yang menyimpang (abnormal). Secara umum bentuk mental yang tidak sehat yaitu secara relatif bisa dilihat pada individu jauh dari kemampuan beradaptasi atau selalu mengalami  kesulitan dalam beradaptasi, dan memiliki ciri bersikap inferior dan  superior. 

    Yang menjadi barometer setiap kelainan tingkah laku individu ialah kondisi mentalnya. Mental yang sehat itulah yang menentukan tanggapan atas dirinya terhadap setiap persoalan, dan kemampuan untuk beradaptasi, dan mental yang sehat pulalah yang menentukan apakah seseorang atau individu memiliki gairah hidup atau justru mereka pasif dan tidak bersemangat bahkan memiliki ketakutan untuk hidup.

    Pada dasarnya untuk mengetahui apakah seseorang atau individu sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) tidaklah mudah diukur atau diperiksa dengan alat-alat seperti halnya pada penyakit jasmani, akan tetapi yang menjadi ukuran adalah merasakan diri kita sejauh mana kondisi perasaan kita apakah sudah melampaui batas kewajaran atau tidak seperti, rasa bersedih, kecewa, pesimis, rendah diri dan lain sebagai. Dan seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya, bisa dilihat pada tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaannya, karena seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya ialah apabila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.

    Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula. 

    Sigmund Freud memberikan definisi bahwa kepribadian yang sehat adalah adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan dan motif-motif tiap bagian jiwa dalam pemuasannya. Begitu juga Arthur Gorden melihat bahwa kemampuan mengharmoniskan dorongan-dorongan psikis dengan realitas dengan sendirinya akan terbentuk kepribadian yang sehat dan akan melahirkan tingkah laku yang sehat pula (normal).


2.4 Pola Pikir Rasional

a. Pola pikir

    Pola pikir adalah pola pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang dalam bertingkah laku. Pola pikir adalah pola menetap dalam pikiran bawah sadar seseorang  dan keyakinan merupakan bagian dari pola pikir. Terbentuknya pola pikir dipengaruhi oleh pengalaman yang direkam dimasa kecil (imprint) Rekaman bawah sadar ini berasal dari lingkungan seseorang  itu berada.
Pola pikir seseorang digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

1).pola pikir tetap (fixed mindset)

      Dalam pola pikir tetap anda diajak menyadari bahwa anda merasa adalah anda yang sekarang menganggap kecerdasan dan bakat anda tidak dapat berubah serta meyakini adanya takdir anda hanya menjauhi tatangan dan kegagalan kualitas hidup anda sudah di tetapkan melalui mindset tetap menuju arah pemahaman dan penegasan atas intelegen sia kepribadian dan kekarakter pola pikir ini tidak dapat ditingkatkan pola pikir ini bersipat negative/fesimis.Tidak percaya diri  puas dengan keadaan yang sekarang dan sebagainya.

2).pola pikir berkembang (growth mindset)

      Dalam pola pikir berkembang anda diajak memandang diri anda dinamis (tidak tetap Sebagai sebuah karya yang terus menerus berkembang dan meyakini takdir anda adalah hidup berpelangi perkembangan dan pemanfaatan peluang pola pikir berkembang dapat dijadikan pedoman untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan kapan saja.

      Pola pikir ini dapat dikembangka melalui praktek atau pelatihan dengan cara atau metode yang tepat pola pikir ini bersifat; Optimis selalu ingin berusaha ,berjuang terus percaya bahwa bisa maju dan sebagainya.


b. Rasional

      Rasional adalah suatu pola pikir dimana seseorang bersikap dan bertindak sesuai dengan logika dan nalar manusia. Arti rasional adalah suatu konsep yang sifatnya normatif yang merujuk pada keselarasan antara keyakinan seseorang dengan alasan orang tersebut untuk yakin, atau tindakan seseorang dengan alasannya untuk melakukan tindakan tersebut.

      Secara etimologi, istilah rasional berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “rasio” yang artinya kemampuan kognitif untuk memilah antara yang benar dan salah dari yang ada dan dalam kenyataan.
Agar lebih memahami pengertian rasional, berikut ini beberapa penjelasan singkatnya:
  • Rasionalitas adalah suatu tendensi yang dilakukan untuk memenuhi rencana dalam rentang waktu tertentu.
  • Bertindak rasional adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan yang baik dan untuk tujuan yang baik.
  • Memiliki kerangka berfikir tentang hal apa yang ingin dilakukan agar tidak salah dalam bertindak.
  • Bertindak dengan memperhitungkan segala manfaat dan risiko dari tindakan yang akan dilakukan.

   Melalui pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pola pikir rasional adalah cara seorang individu bertindak dan bersikap melalui pola yang menetap dalam alam bawah sadarnya berdasarkan nalar dan logika.


2.5 Masa dewasa awal

    Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan ke masa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

    Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).

    Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

    Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

    Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

    Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.


a. Ciri Perkembangan Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:

  • a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi.
  • b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
  • c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
  • d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
  • e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
  • f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
  • g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

       Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar