label

Jumat

Filosofi Bonggol

     Gunungkidul Handayani (kenapa setiap yang aku tuliskan selalu ada unsur tentang dia) salah satu kabupaten yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah tempat yang pernah aku tinggali selama dua setengah tahun. Aku sudah sering kesana ketika sedang libur sekolah karena disana kampung halaman bokap, selama masa liburan itu tidak meninggalkan kesan terlalu banyak tentang Gunungkidul selain sambutan hangat simbah simbok dan cium sana cium sini. Ada satu waktu bokap mempunyai keinginan untuk pindah permanen ke Gunungkidul, setelah diskusi panjang dan pertengkaran pindah atau tidak antara bokap dan nyokap diakhiri dengan kesepakatan pindah tapi jika tidak betah langsung balik lagi ke habitat asalnya. Aku tidak mengerti persis kenapa bokap ingin pindah kesana mungkin karena masih kecil juga dan tidak terlalu mengerti soal pengambilan keputusan tapi aku dapat bocoran bahwa keinginan pindah itu didasari dengan kondisi ekonomi yang sulit susah cari penghasilan (btw bokap gua pedagang) dengan harapan disana banyak sedulur yang bisa bantu (tapi ternyata tidak juga haha).

     Gunungkidul dengan luas wilayah 1.485,36 km2 dengan didominasi oleh perbukitan dan pegunungan kapur yang dikenal sebagai daerah tandus dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau namun dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, kenapa bisa daerah yang tandus dengan tingkat kesuburan dan ketersediaan lahan sedikit masyarakatnya bekerja sebagai petani? Dari pertanyaan itu aku bisa ambil jawaban ngawur bahwa masyarakat Gunungkidul mandiri dan pantang menyerah atau bukan masyarakatnya tapi tanamannya, walaupun lahannya sedikit tanahnya tidak subur dan sering kekeringan tapi ia mampu tumbuh dan menjadi sumber kehidupan bagi semua orang. Ada tiga hasil panen yang bisa aku ingat yaitu kacang tanah, jagung dan singkong, dan singkonglah yang menjadi inspirasi aku membuat tulisan ini.

      Jagung dan kacang tanah ditanam dengan cara yang sama yaitu dengan membenamkan bijinya kedalam tanah yang sudah diberi pupuk, sedangkan singkong atau ketela ditanam dengan cara menancapkan batangnya ke tanah lalu mematahkannya (bahasa pertaniannya stek batang) 1 batang singkong dengan panjang 1 meter atau lebih bisa dipotong menjadi 5 sampai 7 bagian.

     Ia terlihat rapuh ketika baru pertama kali patah dan jatuh dengan mudah jika tidak sengaja tersenggol orang yang lewat, ketika akarnya mulai memperkuat ia untuk mampu berdiri tegak dan daun daun hijau nan segar mulai tumbuh. Entah bagaimana ia bisa bertahan setelah dipatahkan? ia tumbuh dengan gagah, berdiri paling keras diantara jagung dan kacang tanah. Meskipun diterpa angin kencang ia tetap tumbuh menjadi pohon yang kokoh, dengan pijakan akar yang kuat, seperti halnya pohon kelapa yang kuat dan berdiri gagah tapi pohon kelapa tidak pernah dipatahkan. Aku ingin seperti bonggol (sebutan untuk batang pohon singkong yang dipatahkan untuk kemudian dibiarkan tumbuh menjadi pohon singkong yang kuat dan berdiri kokoh) meski telah dipatahkan tetapi tetap mampu berdiri tegak dan kuat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar