label

Selasa

Filsafat dan Ilmu Logika (Epistemologi film "PK")

         1. Berdasarkan tayangan film yang saya dapatkan, berikut proses mendapatkan pengetahuan yang dialami tokoh utama :

      Tokoh utama mendapatkan pengetahuan melalui proses melewati pengalaman terlebih dahulu (A Posteriori). Ia turun ke Bumi dari planet asalnya tidak tahu apapun seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Ia tidak mengerti bahasa, cara berpakaian, budaya makhluk bumi dan apapun tentang kehidupan di Bumi Ia tak pernah tahu. 

      John Locke (1632-1704), mengemukakan teori tabula rasa yang menyatakan bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa. Seperti kertas putih yang belum ternoda. Pengalaman inderawinya mengisi catatan harian jiwanya hingga menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks dan menjadi pengetahuan yang cukup berarti. Hal ini terjadi pada tokoh utama yang baru saja menginjakan kaki ke Bumi dan tidak tahu apa apa seperti halnya bayi baru lahir hanya bedanya dia telah dewasa dan lebih cepat belajar. Memang pada dasarnya ia datang ke Bumi untuk mempelajari kehidupan makhluk Bumi, tetapi semenjak remot kontrolnya dicuri ada hal lain dalam dirinya dari sekedar mempelajari ia merasa harus tahu segalanya tentang Bumi. Lalu ia mulai belajar mengamati mengapa manusia Bumi menutupi tubuhnya dengan kain yang mereka sebut dengan pakaian, kemudian pakaian itu harus sesuai antara pria dan wanita, bagaimana jenis pakaian bisa berarti sebuah penghormatan bagi seseorang. Lalu ia belajar bagaimana sebuah kertas dengan gambar pria tua bisa ditukar dengan barang lain yang akhirnya ia tahu bahwa tidak semua kertas bergambar pria tua bisa ditukarkan. Kemudian hari-harinya ia habiskan untuk belajar tentang pengetahuan yang lebih kompleks.
      
      Selain John Locke, ada juga David Hume (1711-1776) yang mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya belum membawa pengetahuan apa-apa. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya yang memberikan dua hal, kesan (impression) dan pengertian atau ide (idea). Kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman. Seperti merasakan sakitnya tangan yang terbakar. Sedangkan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman. Gejala alam, menurut proses mendapatkan pengetahuan ini (Empirism) bersifat konkret, dapat dinyatakan dengan panca indera dan mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan mengenai suatu kejadian.seperti langit yang mendung yang biasanya diikuti oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang. 

      Namun seiring tumbuhnya kompleksifitas pengetahuan yang dipelajari oleh tokoh utama timbullah ketidakpuasan akal dan mental tokoh utama tersebut. Hal ini karena kekurangan dari Empirisme itu sendiri yaitu : pengalaman yang merupakan dasar utama empirisme seringkali tidak berhubungan langsung dengan kenyataan obyektif, dalam mendapatkan fakta dan pengalaman pada alam nyata, manusia sangat bergantung pada persepsi pancaindera, di dalam empirisme pada prinsipnya pengetahuan yang diperoleh bersifat tidak pasti.

      Dewey menyebutkan bahwa hal yang paling buruk dari metode empiris adalah pengaruhnya terhadap sikap mental manusia. Beberapa bentuk mental negatif yang dapat ditimbulkan oleh metode empiris antara lain: sikap kemalasan dan konservatif yang salah. Sikap mental seperti ini menurutnya, lebih berbahaya daripada sekedar memberi kesimpulan yang salah. Sebagai contoh dikatakan bahwa apabila ada suatu penarikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan pengalaman masa lalu menyimpang dari kebiasaan, maka kesimpulan tersebut akan sangat diremehkan. Sebaliknya, apabila ada penegasan yang berhasil, maka akan sangat dibesar-besarkan.

      Terhadap empirisme Immanuel Kant juga memberi kritiknya bahwa meskipun empirisme menolak pengetahuan yang berasal dari rasio, tetapi pengalaman dan persepsi yang merupakan dasar kebenaran dalam empirisme tidak dapat memberi suatu pengetahuan yang kebenarannya adalah universal dan bernilai penting.

      Kritik lain yang juga diungkapkan oleh Brower dan Heryadi bahwa tidak mungkin unsur-unsur khusus menghasilkan suatu kebenaran yang bersifat universal. Meskipun diakui bahwa munculnya pengetahuan dan legitimasinya berasal dari pengamatan, tetapi pada kenyataan tidak semua sumber pengetahuan hanya terdapat dalam pengamatan.
     

          2. Berdasarkan cerita yang tertuang  dalam film, berikut simpulan tentang perbedaan antara Science dan Common Sense :

      Sangat sulit untuk memberikan makna atau definisi secara tegas terhadap istilah Common Sense. Moore, walau pun ia dikenal sebagai epistemolog Common Sense, ia tidak memberi batasan terhadap terminologi itu. Hal itu disebabkan karena, istilah Common Sense adalah suatu istilah sederhana sehingga tidak dapat didefinisikan (undefinable). Common Sense bagi Moore adalah suatu kemampuan terpadu antara aktivitas penginderaan dan aktivitas kesadaran tentang objek benda material secara langsung.

      Istilah Common Sense dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan ‘akal sehat’. Mungkin, arti ini mengandung kebenaran, manakala diartikan sebagai suatu pemikiran yang lurus yang runtut dan diakibatkan oleh suatu aktivitas kesadaran pada saat manusia sebagai subjek yang ingin mengetahui dan memahami objek yang dihadapi sehingga subjek dapat memutuskan bahwa pengetahuan tentang objek tertentu itu demikian adanya, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Common Sense dalam arti yang sesungguhnya adalah suatu kemampuan yang dimiliki manusia dalam kedudukannya sebagai subjek yang ingin mengetahui dalam rangka suatu perbuatan mengetahui selain kemampuan-kemampuan manusia yang telah melembaga yakni indera, rasio, intuisi, dan keyakinan, otoritas, atau keyakinan (Hospers, 1953:122-140). 

      Common Sense adalah suatu kemampuan untuk mencerap atau mempersepsi dan memahami, serta memutuskan tentang sesuatu objek tertentu secara langsung. Dengan demikian, pengetahuan Common Sense adalah pengetahuan yang terjadi karena aktivitas kesadaran yang secara langsung mencerap objek, secara langsung memahami objek, dan secara langsung pula menyimpulkan serta memutuskan tentang objek yang ingin diketahui itu. Jika demikian halnya, objek adalah objek yang secara langsung dihadapi subjek. Objek adalah hal yang memiliki sifat faktual, berarti keberadaannya dapat diinderai secara langsung oleh subjek yang ingin mengetahui. Objek yang demikian haruslah memiliki sifat konstan, ajeg, dan tidak banyak mengalami perubahan. Misalnya, keberadaan bumi di waktu lalu, sekarang, dan yang akan datang relatif sama tetap demikian adanya. Objek khusus juga harus memiliki sifat yang demikian itu artinya dalam kurun waktu tertentu diketahui dan dialami bersama sehingga orang memiliki kesan yang hampir sama terhadap objek yang ingin diketahui itu. Dengan demikian, pengetahuan Common Sense mendekati atau bahkan kesepakatan bersama tentang pendapat yang sifatnya umum (Consensus of Common Sense).

     Common Sense dapat kita temukan ketika tokoh utama mencari kebenaran atas keyakinan-keyakinan yang dianut oleh manusia Bumi. Dalam lingkungan dan keyakinan yang berbeda terdapat pengetahuan Common Sense yang berbeda pula. Maka dari film tersebut yang dapat saya simpulkan bahwa Common Sense adalah suatu pemahaman dan pengetahuan tentang objek tertentu yang dihadapi secara langsung dan disepakati oleh semua orang yang berada dalam lingkungan tertentu. 

      Sedangkan Science adalah pengetahuan yang didapat manusia dengan metode ilmiah, sehingga pengetahuan yang diperoleh membentuk suatu konsep mengenai sesuatu (Kerlinger dan Lee). Science merupakan suatu metode berpikir secara objektif. Tujuannya menggambarkan dan memberi makna pada dunia yang faktual. Science adalah gambaran yang lengkap dan konsisten tentang berbagai fakta pengalaman dalam suatu hubungan yang mungkin paling sederhana (simple possible terms). Science dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam.

   Science pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan Common Sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain. Istilah common sense sering dianalogikan dengan good sense, karena seseorang dapat menerima dengan baik. Jadi, kaitannya dengan Science, Science beranjak dari Common Sense, dari peristiwa sehari-hari yang dialami manusia namun terus dilanjutkan dengan suatu pemikiran yang logis dan teruji.


         3. Pembahasan isi cerita inti dari sudut pandang aliran Empirism, Rationalism, dan Fenomenalism Inti cerita dari sudut pandang Empirism :

      Dari sudut pandang Empirism diceritakan bahwa tokoh utama dari film itu mendapatkan pengetahuan melalui proses pengalaman. Seperti dikemukakan John Locke (1632-1704), tentang teori tabula rasa yang menyatakan bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa. Seperti kertas putih yang belum ternoda. Pengalaman inderawinya mengisi catatan harian jiwanya hingga menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks dan menjadi pengetahuan yang cukup berarti. Hal ini diceritakan ketika tokoh utama pertama kali mendarat dibumi dan tidak tahu apa-apa tentang kehidupan di Bumi dan mulai mengisi dirinya yang diibaratkan kertas putih dengan catatan-catatan hasil pengamatan dalam kesehariannya di Bumi.

      Selain John Locke, ada juga David Hume (1711-1776) yang mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya belum membawa pengetahuan apa-apa. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya yang memberikan dua hal, kesan (impression) dan pengertian atau ide (idea). Yang diceritakan di film adalah bahwa tokoh utama sudah memiliki beberapa pengetahuan dari planet asalnya namun sama sekali tidak mengetahui apapun tentang pengetahuan mengenai kehidupan Bumi. Maka kesan dan idea inilah yang berperan aktif dalam proses mendapatkan pengetahuan yang melalui pengamatan oleh tokoh utama film tersebut. Dan juga ada Thomas Hobbes, Ia mengatakan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan, pengalaman intelektual tidak lain adalah semacam perhitungan yaitu penggabungan dari data-data inderawi.

Inti cerita dari sudut pandang Rasionalism :

      Dari sudut pandang Rasionalism diceritakan bahwa tokoh utama telah melalui proses Empirism dalam mendapatkan pengetahuan namun ia merasa ada banyak kekurangan dari segala hal tentang pemahaman akal sehatnya dan pengetahuan yang ia dapat. Karena pengetahuannya yang semakin kompleks ia tidak dapat mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dengan sendirinya didalam pikiran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rene Descartes (1596-1650), yang dipandang sebagai bapak rasionalisme. Rasionalisme tidak menganggap pengalaman indera (empiris) sebagai sumber pengetahuan, tetapi akal (rasio). Kelemahan-kelemahan pada pengalaman empiris dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, tetapi indera hanyalah sebagai perangsang agar akal berfikir dan menemukan kebenaran/ pengetahuan.

      Akal mengatur data-data yang dikirim oleh indera, mengolahnya dan menyusunnya hingga menjadi pengetahuan yang benar. Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal dan merupakan abstraksi dari benda-benda konkret. Selain menghasilkan pengetahuan dari bahan-bahan yang dikirim indera, akal juga mampu menghasilkan pengetahuan tanpa melalui indera, yaitu pengetahuan yang bersifat abstrak.

Inti cerita dari sudut pandang Fenomenalism :

    Dari sudut pandang Fenomenalism diceritakan ketika tokoh utama mulai mempertanyakan pengetahuan yang ia dapat dari hasil pengalaman dan pemikirannya dengan fenomena yang terjadi disekitarnya, apakah masih relevan atau tidak? Menurut Edmund Husserl Fenomenalism adalah sebuah upaya untuk memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subyektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita. Setiap orang pada dasarnya pernah melakukan praktek fenomenologi. Ketika anda bertanya “Apakah yang aku rasakan sekarang?”, “Apa yang sedang kupikirkan?”, “Apa yang akan kulakukan?”, maka sebenarnya anda melakukan fenomenologi, yakni mencoba memahami apa yang anda rasakan, pikirkan, dan apa yang akan anda lakukan dari sudut pandang orang pertama.

      Dengan demikian fenomenologi adalah upaya untuk memahami kesadaran dari sudut pandang subyektif orang terkait. Pendekatan ini tentu saja berbeda dengan pendekatan ilmu pengetahuan saraf (neuroscience), yang berusaha memahami cara kerja kesadaran manusia di dalam otak dan saraf, yakni dengan menggunakan sudut pandang pengamat. Neurosains lebih melihat fenomena kesadaran sebagai fenomena biologis. Sementara deskripsi fenomenologis lebih melihat pengalaman manusia sebagaimana ia mengalaminya, yakni dari sudut pandang orang pertama


          4. A Priori dan A Posteriori dalam cerita

         Berdasarkan cerita dari film tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh utama yang merupakan makhluk planet asing utama telah mempunyai pengetahuan sebelum ia datang ke Bumi. Pengetahuan itu ia dapatkan dari planet asalnya. Itu bisa kita analogikan seperti bayi yang baru lahir tapi sudah mengetahui beberapa pengetahuan dari alam idea (Plato) tanpa melewati proses pengalaman terlebih dahulu.

Tetapi ketika datang ke Bumi Ia sama sekali tidak tahu apapun tentang kehidupan di Bumi seperti kertas putih kosong yang harus diisi dengan catatan-catatan baru maka untuk mendapatkan pengetahuan harus melalui proses pengalaman terlebih dahulu (John Lockc). Seperti bayi baru lahir yang membutuhkan waktu untuk belajar dan mempelajari sesuatu agar mendapatkan pengetahuan.

A Posteriori dalam cerita film tersebut lebih sering muncul daripada A priori. Sedikit tentang A Priori bahwa makhluk diplanetnya berkomunikasi menggunakan pikiran sehingga tidak terjadi salah tafsir terhadap topik pembicaraan tetapi di Bumi satu kata saja bisa berarti 4 makna yang berbeda tergantung situasi, intonasi, dan ekspresi pengucapannya. A Posteriori lebih sering muncul ditunjukan dengan bagaimana tokoh utama mencari tahu tentang keyakinan atau agama yang di anut penduduk Bumi. Ia mencari tahu dengan mencoba memahami setiap agama yang ada di Bumi caranya adalah dengan mengikuti kegiatan peribadatan, ritual keagamaan dan amalan-amalan lainnya.




Namun dalam proses mendapatkan pengetahuan A Priorinya, Ia menemukan sesuatu pada dirinya yang seakan berontak dan tidak setuju dengan pemahaman setiap pengetahuan yang ia dapat. Itulah Rasionalism yang bergerak didalam pikirannya, akal yang mematahkan konsep tentang kepercayaan-kepercayaan yang telah dijalaninya. Pertanyaan-pertanyaan muncul seketika, manakah kepercayaan yang paling benar? Siapakah yang menciptakan kepercayaan itu? Dan bagaimana proses penciptaannya? Semua itu belum saya pahami sampai akhir cerita. Satu yang saya pahami bahwa di dunia ini tidak ada kepercayaan yang benar atau salah. Semua tergantung kepada rasio yang kita miliki. Ingin menerimanya atau mencari referensi lain untuk memuaskan hasrat akal yang terus menerus ingin tahu tentang banyak pengetahuan yang ada di dunia ini.

Sumber :
http://lailafathimah.blogspot.com/2013/07/cara-cara-mendapatkan-pengetahuan.html
https://sherusetiawan.wordpress.com/2013/04/12/aliran-empirisme/
https://www.apaitu.net/2010/1447/makna-common-sense-menurut-para-filsuf/
https://www.apaitu.net/2010/1445/epistemologi-makna-common-sense/
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/01/edmund-husserl-pendiri-aliran-fenomenologi.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/filsafat-pengetahuan-sains/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar